Dinaikin Donk Levelnya ...
Suatu hari di tengah keseloan yang entah sampai kapan, aku menemukan gambar yang aku simpen di laptop tanggal 9 Maret (itu kata properties-nya). Gambar itu aku dapet dari post-nya fanpage 9gag di FB. Ketika itu, gambar itu nampol aku dan emang bagus banget kalo aku buka sekarang. Kadang-kadang 9gag nge-post sesuatu yang gak cuma guyonan apa meme, dan sekalinya nge-post yang bagus, pasti bagus banget. Ini nih penampakannya:
Secara terserah gue, aku nerjemahin tulisan itu begini:
Orang dengan pikiran luar biasa mendiskusikan gagasan-gagasan,
Orang dengan pikiran biasa-biasa aja mendiskusikan kejadian,
Orang dengan pikiran pendek mesti nggosip.
Suka-suka banget ya nerjemahinnya? Hehe... oke, aku gak mau mbahas soal cara menerjemahkan dengan baik, siapa dua pria yang ada di gambar itu, atau mau nampilin post 9gag lainnya yang gak kalah bagusnya. Yang mau aku bahas ialah quote yang ada di gambar itu. Beranjak ke usia dua puluh sekian, sudah tuntas kuliah, dan berencana meluaskan cakrawala ke benua biru *amin dhuh Gustiiii*, membuatku merasa punya tanggungjawab membawa diri lebih baik. Salah satu cara yang susah-susah gampang ialah memilih omongan. Seseorang dinilai kualitas dirinya dari apa yang keluar dari mulutnya. Emang sih, penampilan jadi sesuatu yang paling menonjol dan diliat duluan, tapi penilaian lebih jauh akan keliatan ketika dia mulai ngobrol. Seberapa jauh pengetahuannya, topik apa yang paling menarik untuk dia, apa concern pribadinya, dan kemudian dari situ akan keliatan kualitas pribadinya.
Aku sendiri bukan tipe perempuan yang betah bergosip. Nggak tau ya, mungkin aku separo pria :p maksudnya gini, aku bisa mendengarkan gosip, tapi kalo udah berlarut-larut, I will log out. Struktur gosip bisa kayak gini:
1. Nyebutin berita baik soal si subjek, kenapa bisa gitu, nambahin dark shading soal si subjek, seterusnya ngomongin dark shade si subjek sampe juweh.
2. Curhat soal kelakuan buruk si subjek, yang diajak curhat ngasih solusi, yang curhat belom puas malah nambah-nambahin kejelakan si subjek, yang diajak curhat baper terus malah nggosip juga. Gitu terus sampe yang jualan jus nyuci blender mau pulang.
3. Memulai dengan frasa "Tau gak siiiiiih" dan kegiatan rasan-rasan resmi dimulai.
Semua orang tau gosip itu dosa, rasan-rasan kuwi ra becik. Gosip itu salah satu bentuk menghabiskan waktu yang sebenernya bisa dibuat hal lain. Bikin kue, jahit baju, bikin penelitian kecil, nulis di blog, apa ngapain gitu kegiatan yang agak produktif tapi guna daripada produksi gosip. Bergosip adalah pilihan kegiatan terakhir kalo aku udah gak tau lagi mau ngapain. Tapi, aku mending tidur daripada bergosip. Aku selalu punya rasa bersalah kalo ngomongin orang, karena belom tentu aku lebih baik dari si subjek pembicaraan. Aku akan mendengar, tapi nggak terlibat jauh.
Lagian, elo udah sarjana, Lil, masih mau bergosip kelamaan ato bikin gosip? Copot itu gelar deh, buat apa~
Nooo, aku bukan mendiskreditkan acara gosip atau artis ya. Tapi, buat kamu-kamu yang gak bergelut di bidang entertainment atau showbiz, bisa kan nggak milih gosip jadi bagian hidup? Lagian, small minds discuss people. Semua orang gak mau dicap berotak cetek, gak berpengetahuan, kurang kerjaan, dll dsb. Nah, gimana caranya supaya nggak dibilang kayak begitu? Ya hindari bergosip kalo lagi ngobrol. Gosip bisa jadi menarik banget, sekaligus njijiki banget. Please, just leave it before it makes you left by others.
Aku setuju sama tulisan yang aku ambil dari fanpage 9gag itu. Orang-orang yang luar biasa ialah mereka yang selalu punya gagasan-gagasan untuk menjadikan dunia tempat yang nyaman, mengurangi kemiskinan dan kejahatan, meningkatkan keadilan, dan meningkatkan kualitas diri. Orang-orang berpikiran luar biasa tidak hanya akan membicarakan yang tampak, tapi juga mencari tahu sesuatu di balik yang tampak itu. Apaan tuh? Ya ide, gagasan, sesuatu yang abstrak yang menggerakkan subjek untuk berbuat seperti yang tampak. Jero banget ya? Yes, orang berpikiran besar memikirkan sesuatu sampe ke dalem-dalemnya.
Orang yang gak menilai dari luarnya aja, membicarakan sesuatu bukan dari yang tampak aja, akan lebih asik diajak ngobrol. Saklek? Enggak kok, ngobrol yang remeh-temeh juga boleh. Obrolan remeh-temeh alias fatis alias basa-basi hanya asik ketika dilakukan dalam jangka waktu yang gak lama. Selebihnya hanya dua kemungkinan: jadi obrolan zampah atau move to the deeper topic. Kalo jadi obrolan zampah dan mitra tutur betah, berarti dia ...... mmmm, suka topik gak mutu which means dia berotak cetek *duhjahat *ampungusti
Intinya, kalo gak mau dibilang small mind, coba banyakin pengetahuan dan pengetahuan itu emang yang bisa 'naikin level pikiran'. Semacam upgrade gitu lah, biar sudut pandang juga berubah. Nggak lagi menilai dari permukaan, tapi menelusur sampai ke dalamnya. Mitra tutur juga lebih seneng ngobrol kalo ternyata pengetahuanmu luas, gak melulu mbicarain orang, dan punya gagasan yang otentik khas kamu banget. Semua orang bisa nggosip, bicarain orang, punya small mind, tapi kalo bisa, kenapa gak jadi bagian orang-orang dengan great mind? Asik diajak ngobrol karena punya pengetahuan luas dan beride otentik bisa membuka kesempatan yang lebih luas hlo.. hehe insha Allah ;)
Masih mau ngomongin orang terus-terusan? Aduh!
Orang dengan pikiran luar biasa mendiskusikan gagasan-gagasan,
Orang dengan pikiran biasa-biasa aja mendiskusikan kejadian,
Orang dengan pikiran pendek mesti nggosip.
Suka-suka banget ya nerjemahinnya? Hehe... oke, aku gak mau mbahas soal cara menerjemahkan dengan baik, siapa dua pria yang ada di gambar itu, atau mau nampilin post 9gag lainnya yang gak kalah bagusnya. Yang mau aku bahas ialah quote yang ada di gambar itu. Beranjak ke usia dua puluh sekian, sudah tuntas kuliah, dan berencana meluaskan cakrawala ke benua biru *amin dhuh Gustiiii*, membuatku merasa punya tanggungjawab membawa diri lebih baik. Salah satu cara yang susah-susah gampang ialah memilih omongan. Seseorang dinilai kualitas dirinya dari apa yang keluar dari mulutnya. Emang sih, penampilan jadi sesuatu yang paling menonjol dan diliat duluan, tapi penilaian lebih jauh akan keliatan ketika dia mulai ngobrol. Seberapa jauh pengetahuannya, topik apa yang paling menarik untuk dia, apa concern pribadinya, dan kemudian dari situ akan keliatan kualitas pribadinya.
Aku sendiri bukan tipe perempuan yang betah bergosip. Nggak tau ya, mungkin aku separo pria :p maksudnya gini, aku bisa mendengarkan gosip, tapi kalo udah berlarut-larut, I will log out. Struktur gosip bisa kayak gini:
1. Nyebutin berita baik soal si subjek, kenapa bisa gitu, nambahin dark shading soal si subjek, seterusnya ngomongin dark shade si subjek sampe juweh.
2. Curhat soal kelakuan buruk si subjek, yang diajak curhat ngasih solusi, yang curhat belom puas malah nambah-nambahin kejelakan si subjek, yang diajak curhat baper terus malah nggosip juga. Gitu terus sampe yang jualan jus nyuci blender mau pulang.
3. Memulai dengan frasa "Tau gak siiiiiih" dan kegiatan rasan-rasan resmi dimulai.
Semua orang tau gosip itu dosa, rasan-rasan kuwi ra becik. Gosip itu salah satu bentuk menghabiskan waktu yang sebenernya bisa dibuat hal lain. Bikin kue, jahit baju, bikin penelitian kecil, nulis di blog, apa ngapain gitu kegiatan yang agak produktif tapi guna daripada produksi gosip. Bergosip adalah pilihan kegiatan terakhir kalo aku udah gak tau lagi mau ngapain. Tapi, aku mending tidur daripada bergosip. Aku selalu punya rasa bersalah kalo ngomongin orang, karena belom tentu aku lebih baik dari si subjek pembicaraan. Aku akan mendengar, tapi nggak terlibat jauh.
Lagian, elo udah sarjana, Lil, masih mau bergosip kelamaan ato bikin gosip? Copot itu gelar deh, buat apa~
Nooo, aku bukan mendiskreditkan acara gosip atau artis ya. Tapi, buat kamu-kamu yang gak bergelut di bidang entertainment atau showbiz, bisa kan nggak milih gosip jadi bagian hidup? Lagian, small minds discuss people. Semua orang gak mau dicap berotak cetek, gak berpengetahuan, kurang kerjaan, dll dsb. Nah, gimana caranya supaya nggak dibilang kayak begitu? Ya hindari bergosip kalo lagi ngobrol. Gosip bisa jadi menarik banget, sekaligus njijiki banget. Please, just leave it before it makes you left by others.
Aku setuju sama tulisan yang aku ambil dari fanpage 9gag itu. Orang-orang yang luar biasa ialah mereka yang selalu punya gagasan-gagasan untuk menjadikan dunia tempat yang nyaman, mengurangi kemiskinan dan kejahatan, meningkatkan keadilan, dan meningkatkan kualitas diri. Orang-orang berpikiran luar biasa tidak hanya akan membicarakan yang tampak, tapi juga mencari tahu sesuatu di balik yang tampak itu. Apaan tuh? Ya ide, gagasan, sesuatu yang abstrak yang menggerakkan subjek untuk berbuat seperti yang tampak. Jero banget ya? Yes, orang berpikiran besar memikirkan sesuatu sampe ke dalem-dalemnya.
Orang yang gak menilai dari luarnya aja, membicarakan sesuatu bukan dari yang tampak aja, akan lebih asik diajak ngobrol. Saklek? Enggak kok, ngobrol yang remeh-temeh juga boleh. Obrolan remeh-temeh alias fatis alias basa-basi hanya asik ketika dilakukan dalam jangka waktu yang gak lama. Selebihnya hanya dua kemungkinan: jadi obrolan zampah atau move to the deeper topic. Kalo jadi obrolan zampah dan mitra tutur betah, berarti dia ...... mmmm, suka topik gak mutu which means dia berotak cetek *duhjahat *ampungusti
Intinya, kalo gak mau dibilang small mind, coba banyakin pengetahuan dan pengetahuan itu emang yang bisa 'naikin level pikiran'. Semacam upgrade gitu lah, biar sudut pandang juga berubah. Nggak lagi menilai dari permukaan, tapi menelusur sampai ke dalamnya. Mitra tutur juga lebih seneng ngobrol kalo ternyata pengetahuanmu luas, gak melulu mbicarain orang, dan punya gagasan yang otentik khas kamu banget. Semua orang bisa nggosip, bicarain orang, punya small mind, tapi kalo bisa, kenapa gak jadi bagian orang-orang dengan great mind? Asik diajak ngobrol karena punya pengetahuan luas dan beride otentik bisa membuka kesempatan yang lebih luas hlo.. hehe insha Allah ;)
Masih mau ngomongin orang terus-terusan? Aduh!
Comments